Para pelaku memasuki Thailand dengan berbagai jenis visa seperti visa pensiun dan pendidikan. Polisi mengintai lokasi tersebut selama berbulan-bulan dan menyatakan aktivitas para tersangka mengikuti jam kerja di Australia.
Hal tersebut memperkuat dugaan bahwa korban utama berasal dari negara tersebut. AFP mengungkapkan sedikitnya 14 ribu warga Australia menjadi korban penipuan ini dengan kerugian mencapai AUD1,9 juta (Rp20,1 miliar).
"Uang dicuri dari warga Australia yang bekerja keras," ujar pejabat senior AFP Kristie-Lee Cressy dikutip CNA, Rabu (18/6/2025). Menurut dia, uang-uang yang telah diserahkan tidak pernah diinvestasikan seperti dijanjikan.
Para tersangka kini menghadapi dakwaan atas kejahatan terorganisasi dan bekerja tanpa izin di Thailand. Namun, penyelidikan lebih lanjut dapat membawa tuduhan tambahan termasuk penipuan dan keterlibatan dalam kejahatan transnasional.
Pihak imigrasi mengonfirmasi kelompok ini menggunakan status legal beragam untuk memasuki Thailand. Penipuan daring ini juga menjadi perhatian PBB, yang mencatat peningkatan ekspansi operasi sindikat kriminal lintas negara.
Penangkapan ini dipandang sebagai langkah besar dalam upaya memberantas kejahatan siber. Selain itu menegaskan pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi ancaman global terhadap keamanan finansial masyarakat.