Beranda Kolom Konferensi Asia Afrika dalam Kenangan Saksi Hidup, Dunia yang Berubah dan Semangat Melestarikan

Konferensi Asia Afrika dalam Kenangan Saksi Hidup, Dunia yang Berubah dan Semangat Melestarikan

Para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika menghadiri upacara penandatanganan Monumen Solidaritas Asia Afrika sebagai bagian dari Peringatan Konferensi Asia Afrika 2015 di Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada 24 April 2015. (Xinhua/Liu Yun)

0
Xinhua

Patung-patung figur para penggagas Konferensi Asia Afrika dipajang di dekat Gedung Merdeka dalam upacara peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada 24 April 2015. (CARPAN/Xinhua/Zulkarnain)

   Dalam konferensi tahun 1955, Popong dan sembilan remaja lainnya mengenakan kebaya tradisional dengan rambut disanggul. Mereka ditugaskan untuk memperkenalkan masakan Sunda, salah satu makanan paling populer di Indonesia, dan minuman Sunda kepada para pemimpin negara dalam bahasa Inggris. Sajian yang diberikan termasuk rangginang, colenak, opak, dan minuman seperti bandrek dan bajigur.

   "Kami bertindak sebagai pemandu di hotel, menyambut para tamu," kenang Popong.

   Dia dengan gembira menceritakan kembali pertemuannya dengan perdana menteri Mesir saat itu, Gamal Abdel Nasser, yang bertanya tentang bajigur. "Dengan tinggi badan yang hanya 150 sentimeter, saya harus menjulurkan leher selama beberapa menit untuk berbicara dengannya," tutur Popong sambil tersenyum. Kala itu, dia pun menjelaskan resep minuman yang terbuat dari santan, jahe, dan gula aren tersebut.

   Popong menyampaikan bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara yang telah berubah sejak saat itu. "Kolonialisme telah memudar, dan kini negara-negara Asia dan Afrika sedang membangun kembali diri mereka secara ekonomi dan politik."

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Teratas

Berita Terkait
Berita Terkait