SHARE

CARAPANDANG - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengingatkan kembali pesan moral peristiwa isra dan mikraj yang dilakukan Nabi Muhammad.

"Salah satunya, larangan keras menyebarkan hoaks dan fitnah, bahkan di saat terjadi perang ideologi sekali pun," kata Basarah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Dia menjelaskan kala itu Nabi Muhammad dituduh berbohong mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril. Melalui peristiwa mikraj, Allah membuktikan pertemuan fisik antara Nabi Muhammad dengan Jibril di Sidratulmuntaha.

"Periode penyebaran Islam di Mekkah bisa diibaratkan sebagai perang ideologi antara politeisme melawan monoteisme. Pada saat itu, terjadilah kontestasi dan perang urat syaraf, tapi nabi memberi teladan mulia bahwa beliau tidak pernah menyebarkan hoaks demi memenangkan pertempuran," jelasnya.

Menurut dia, verifikasi data dalam peristiwa isra dan mikraj, di mana nabi bertemu Jibril secara fisik, seperti dijelaskan dalam surat An-Najm ayat 13.



Dia pun mengajak semua pihak tidak menjadikan peringatan Isra Mikraj hanya sebagai seremoni tahunan belaka, tapi menjadikannya teladan berharga dalam berbangsa dan bernegara. Apalagi, menurut Basarah, Indonesia segera menggelar pesta demokrasi lima tahunan pada 2024 mendatang.

"Setiap warga tentu ingin mengunggulkan pilihannya dalam pemilu mendatang. Mari, jangan menyebar hoaks dan fitnah hanya untuk memenangkan kontestasi. Nabi Muhammad sudah mengajarkan akhlak yang baik, tidak pernah menyebarkan hoaks, bahkan saat kontestasi ideologi sedang berlangsung sekali pun," tegasnya.

Pada Pemilu 2019 lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan 3.356 temuan sebaran hoaks di berbagai platform media sosial periode Agustus 2018 hingga 30 September 2019.

Dari temuan itu, jumlah hoaks terbanyak ditemukan pada April 2019, yang bertepatan dengan momentum pilpres dan pileg, yakni sebanyak 501 hoaks. Kemudian, pada Maret 2019 ditemukan 453 hoaks dan pada Mei 2019 ditemukan 402 hoaks.

"Jika hoaks dan fitnah tetap tersebar dalam Pilpres 2024 mendatang, itu artinya kita tidak banyak memungut pesan-pesan moral dari berbagai peristiwa keagamaan yang kita peringati setiap tahun. Mari kita belajar dari kesalahan masa lalu," ujar Ahmad Basarah.



Tags
SHARE