SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Tuntutan dunia bagi lingkungan yang bersih dan bebas dari emisi karbon sudah menjadi keniscayaan. Bahkan, COP (Conference of the Parties) 28 di Dubai mulai lebih konkret demi mendorong pengurangan emisi karbon dunia. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia pun berperan aktif untuk pengurangan emisi karbon tersebut.

Di COP28 Dubai, Indonesia bahkan sudah menyatakan komitmennya dalam bentuk aksi yang lebih konkret. Yakni, dengan memastikan tercapainya target penurunan emisi netral pada 2030 di sektor kehutanan dan lahan atau Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030. Dengan langkah aksi itu, Indonesia dapat mempertahankan kendali dan memainkan peran yang menentukan dalam mencapai tujuan peningkatan net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.

Dalam konteks penurunan emisi di sektor energi, negara ini terus berkomitmen menggenjot bauran energi. Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi bauran energi primer yang berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT), mencapai 13,1 persen atau 238,1 juta barel setara minyak (MBOE) pada 2023.

Di sisi lain, beban pemerintah untuk memenuhi target bauran EBT tidak ringan. Pada 2025, bauran EBT diharapkan mencapai 23 persen pada 2025. Butuh strategi khusus untuk mencapainya. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui, capaian bauran EBT 2023 itu meningkat walaupun belum signifikan. Dalam rangka itu, Arifin menjelaskan diperlukan upaya strategis untuk mencapai target 23 persen.

Dongkrak Bauran

Nah, salah satu untuk mendongkrak peningkatan bauran energi adalah penggunaan gasifikasi yang berasal dari batu bara menjadi dimetil eter atau DME.

Indonesia sempat mendapatkan kabar baik ketika investor petrokimia asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc, bersedia mengembangkan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME. Namun, dalam perjalanannya perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat itu mundur dari kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero) pada Maret 2023, karena menilai, investasi di AS lebih menarik dibandingkan meneruskan proyeknya di Indonesia.

Setahun kemudian, proyek DME kembali bergerak kembali setelah East China Engineering Science and Technology Co Ltd dan PTBA saling komunikasi untuk menggarap penghiliran batu bara menjadi dimetil eter atau DME. Dari pembicaraan yang dilakukan untuk melanjutkan program gasifikasi batu bara tersebut terungkap bahwa perusahaan asal Tiongkok itu menjadi calon mitra paling kuat, dan diharapkan mampu menggantikan Air Product & Chemical Inc dalam menyelesaikan isu teknologi.

Tidak ingin pengalaman yang tidak mengenakan bersama Air Product & Chemical Inc kembali terulang, PTBA langsung melakukan pematangan keekonomian proyek yang selama ini menjadi tantangan. Bahkan, PTBA telah menyediakan lahan untuk pembangunan industri penghiliran yang bekerja sama dengan mitra potensial.

Sebelumnya, perseroan telah mengantongi izin kawasan ekonomi khusus atau KEK di atas lahan seluas 164 hektare untuk proyek penghiliran batu bara. Adapun, PTBA telah berhasil melakukan pembebasan lahan seluas 163,87 hektare atau 99,9 persen dari keseluruhan kawasan per November 2022.

Halaman :
Tags
SHARE