SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Staf Khusus Presiden Joko Widodo dari kalangan milenial Billy Mambrasar mengaku siap menjadi jembatan untuk memberikan kesempatan lebih besar bagi anak-anak muda Indonesia dari provinsi terluar terutama Papua.

Kesempatan itu diperlukan untuk dapat berdiri sejajar dengan bagian lain dari Indonesia.

“Saya merasa menjadi jembatan untuk memberikan kesempatan lebih bagi anak-anak muda Indonesia dari provinsi terluar untuk bisa memainkan peran di level yang sama,” ujar Billy Mambrasar dalam diskusi Y20 “Pendidikan Inklusif” secara virtual, Sabtu malam.

Ia mengatakan Papua memiliki indeks pembangunan manusia paling rendah di Indonesia.
 

“Papua juga memiliki akses pendidikan yang rendah dan menjadi provinsi termiskin di Indonesia. Kemudian Presiden Joko Widodo memilih saya untuk menjadi Staf Khususnya,” kata Billy Mambrasar.

Saat dirinya terpilih menjadi Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Billy mengatakan ada beberapa orang mengatakan dirinya terpilih karena orang Papua dan sebagai perwakilan Papua.

“Sejujurnya saya masih menghadapi stereotip kenapa kamu dipilih sebagai Staf Khusus Presiden dan jawabannya adalah beberapa orang mengatakan oh mungkin karena dia adalah orang Papua dan dia mewakili Papua. Mematahkan stereotip itu adalah sesuatu yang sedang saya lakukan,” kata dia.

Ia berharap ketika dirinya dapat memenangkan tantangan ini anak-anak muda nanti yang mengikuti jejaknya akan menjadi seseorang yang tidak lagi menghadapi stereotip.

“Terkait peran penting saya sebenarnya adalah mengatakan kepada Presiden bahwa saat kami masih kecil kami tidak memiliki akses untuk listrik. Di rumah, saya tidak punya cahaya untuk membaca, saya menggunakan lilin untuk membaca , saya tidak punya uang untuk membayar biaya sekolah. Jadi memiliki pengalaman itu, ketika saya bertemu dengan Presiden dan bahkan Menteri Pendidikan, saya dapat bercerita pengalaman saya dan bagaimana rasanya tidak memiliki akses internet pada waktu itu,” kata Billy.

Ia bercerita bahwa dirinya harus menempuh ribuan kilometer untuk ke sekolah.

“Maka empati itu dibutuhkan oleh para pembuat kebijakan publik,” kata dia.

Ia mengatakan prioritas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah bagaimana generasi Indonesia memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.

“Itu saya lakukan dengan yayasan saya, saya mempraktikkan kemampuan berpikir  itu di Yahukimo. Ketika saya memberikan pertanyaan saya ingin mereka menjawab pertanyaan saya itu tidak hanya menjelaskan sesuatu apa itu tetapi juga menjelaskan bagaimana dan kenapa. Ketika menjelaskan kenapa kita harus menjaga gunung dan laut itu tidak hanya menjelaskan terkait melestarikan gunung dan laut tapi juga membuat penjelasan kenapa kita harus melestarikan gunung dan laut , itulah mengapa penting bagi kita untuk melestarikan gunung dan laut," katanya.

Tags
SHARE