SHARE

Baliho Ketua DPR RI Puan Maharani yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia

CARAPANDANG.COM- Oleh Amir Fiqi, Wartawan dan Pemerhati Sosial

Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 masih lama. Namun panggung politik nasional sudah mulai menghangat di tengah bangsa ini sedang berjuang keras melawan pandemi Covid-19. Di tengah kondisi bangsa yang serba sulit, sejumlah lembaga survei pun turut menghangatkan panggung politik nasional, dengan tak henti-hentinya mendengung-dengungkan sejumlah nama yang dianggap potensial untuk bertarung  pada Pilres 2024 mendatang.

Misalnya survei terbaru yang dikeluarkan oleh Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic). Dalam hasil survei tersebut menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai Capres terkuat dengan tingkat elektabilitas sebesar 17,5 persen. Disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 17 persen. Dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan 8,1 persen.

Selanjutnya Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menempati urutan keempat dengan 7 persen, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno dengan 6,8 persen. Sementara Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono  (AHY) berada di posisi enam dengan 6,4 persen.

Hasil survei yang dilakukan Indostrategic tidak jauh beda dengan hasil lembaga-lembaga survei yang lain. Hanya nama-nama tersebut yang selalu muncul dan dianggap sebagai calon potensial untuk bertarung pada Pilpres 2024 nanti.

Tentunya hasil survei tersebut tidak menggembirakan bagi partai politik yang memiliki “hasrat” untuk mencalonkan sosok tertentu. Maka itu, upaya untuk meningkatkan popularitas pun sejak dini harus dilakukan. Sebab jika tidak, maka untuk meningkatkan elektabilitas akan sangat sulit. Sebab, waktu tiga tahun yang tersisa menuju kontestasi Pilpres terbilang sangat singkat.

Dongkrak Popularitas Puan

Langkah tersebut terlihat sedang dimainkan oleh PDI Perjuangan yang berupaya terus meningkatkan popularitas Ketua DPR RI Puan Maharani dengan cara menebar baliho politik di sejumlah daerah di Indonesia.

Melalui kalimat “Kepak Sayap Kebhinnekaan” meski tidak secara langsung PDI Perjuangan sedang berupaya memperkenalkan Puan kepada masyarakat sebagai calon pemimpin Indonesia untuk menggantikan Presiden Joko Widodo. Padahal jika melihat hasil survei PDI Perjuangan seharusnya  tidak perlu lelah untuk memunculkan sosok baru karena sudah memiliki kader yang potensial untuk bertarung di  Pilpres 2024 yaitu Ganjar Pranowo.

Langkah yang sama juga sedang dilakukan oleh Partai Golkar. Baliho politik dengan kalimat “Airlangga Hartarto- Kerja Untuk Indonesia” sebagai upaya untuk mendongkrak popularitas Ketua Umumnya.

Meskipun menuai kritik dan cibiran dari masyarakat karena menebar baliho politik di saat masyarakat sedang berjuang menghadapi kesulitan di tengah serangan wabah Covid-19, tapi langkah tersebut terbilang efektif untuk mendongkrak popularitas. Ramainya percakapan soal baliho Puan Maharni di pemberitaan dan media sosial ternyata efektif untuk mengerek popularitas Ketua DPR RI tersebut. Hal itu terlihat dari hasil analisis Drone Emprit, sistem monitoring percakapan di platform online berdasarkan big data.

Berdasarkan hasil menitoring Drone Emprit pada 7 Juli 2021-7 Agustus 2021, dari sejumlah tokoh politik yang memasang baliho, hanya Puan yang popularitas atau  share of voices di berita daring dan Twitter bertengger di urutan empat besar. Eksposur masing-masing tokoh di berita daring dan Twitter mulai dari yang teratas yakni Anies Baswedan (43% berita daring- 50% Twitter), Ganjar Pranowo (25% - 27%), Ridwan Kamil (19% - 12%) dan Puan Maharani (13% - 12%). Bahkan, menurut pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, lewat akun Twitternya, @ismailfahmi, Senin (9/8) tren popularitas Puan dalam sebulan terakhir hampir mengejar tren Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Fahmi menjelaskan, popularitas merupakan gabungan percakapan yang bernada positif, negatif, dan netral tanpa memandang apapun sentimennya. Dari popularitas, lanjut Fahmi, diharapkan favorabilitasnya (sentimen positif-negatif) naik, lalu dikapitalisasi menjadi elektabilitas.

Mengejar Elektabilitas

Langkah PDI Perjuangan dengan menebar baliho Puan Maharani di sejumlah daerah di Tanah Air menurut hemat penulis sebagai strategi untuk meningkatkan keterkenalan atau popularitas Ketua DPR RI itu. Sebab untuk  mengejar elektabilitas proses yang harus dilalui adalah terus meningkatkan popularitas.

Maka itu, meski pemasangan baliho politik tersebut menuai kritik dan cibiran dari masyarakat langkah tersebut sengaja dilakukan dengan segala risikonya. Sebab PDI Perjuangan pasti menyadari bahwa sosok Puan belum terlalu populer meski saat ini dia menjabat posisi strategis di negeri ini yakni sebagai Ketua DPR RI. Kepopulerannya masih jauh tertinggal dari teman separtainya, yakni Ganjar Pranowo.

Saat ini yang sedang dibangun Puan Maharani adalah bagaimana terus meningkatkan popularitasnya. Jika popularitas tersebut sudah terbangun, langkah selanjutnya adalah mengerek elektabilitas dengan melakukan kerja-kerja politik yang lebih nyata. Sebab untuk  bisa meraih elektabilitas yang tinggi diperlukan kerja politik yang nyata, sehingga akan terbangun dukungan dari masyarakat.

Dengan menjabat sebagai Ketua DPR RI peluang Puan untuk terus mendongrak elektabilitasnya sangat terbuka lebar. Maka yang harus dilakukan adalah membangun kepercayaan dan kedekatan dengan masyarakat.

Situasi pandemi Covid-19 ini adalah momentum yang tepat bagi Puan Maharani untuk semakin dekat dengan rakyat, yakni dengan berdiri paling depan memberikan solusi atasi kesulitan rakyat. Bukan hanya menebar baliho politik yang tidak memberikan manfaat bagi rakyat, malah hanya terlihat memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan kekuasaan semata.

Jika situasi ini dimanfaatkan sebaik mungkin dengan dibuktikan dengan kerja nyata memberikan solusi dari permasalahan bangsa  maka untuk mengerek elektabilitas bisa mungkin terjadi. Sebab mayoritas pemilih pada 2024 nanti adalah anak-anak muda yang rasional. Mereka termasuk pemilih yang cerdas dan kritis, tidak mempan hanya dipengaruhi pesan kosong baliho.

Pemilih rasional mampu memilih dan memilah informasi terkait rekam jejak calon presiden dan wakil presiden. Mereka membutuh pemimpin yang kerja nyata. Karena itu, cara paling efektif menarik simpati pemilih di masa pandemi ialah turun ke lapangan. Ketimbang uang dihamburkan untuk memasang baliho.

Akhirnya, pemimpin sejati bukan lahir dari kata-kata kosong baliho politik. Pemimpin sejati adalah berdiri di tengah untuk memberikan solusi dan menjadi penuntun dari segala permasalahan yang sedang dihadapi oleh rakyatnya.